TERBITKAN BUKUMU DI PUSTAKA KATA

Writing is an exploration. You start from nothing and learn as you go.

TERBITKAN BUKUMU DI PUSTAKA KATA

Writing is an exploration. You start from nothing and learn as you go.

TERBITKAN BUKUMU DI PUSTAKA KATA

Writing is an exploration. You start from nothing and learn as you go.

TERBITKAN BUKUMU DI PUSTAKA KATA

Writing is an exploration. You start from nothing and learn as you go.

TERBITKAN BUKUMU DI PUSTAKA KATA

Writing is an exploration. You start from nothing and learn as you go.

Minggu, 14 Agustus 2016

Mengenal Plot dalam Cerita

Sebagai awal pembicaraan, marilah kita baca bersama dua contoh cerita dibawah ini:
Cerita 1:
Karla ke rumah Leli. Mereka berdua memang belajar bersama tiap hari.
Cerita 2:
Karla ke rumah Leli karena ada tugas sekolah yang akan diselesaikannya. Karla mengetahui bahwa Leli adalah anak yang pandai. Belajar dengan sahabatnya itu pastilah akan mempermudah penguasaan materi sekolah.

Kamis, 28 Juli 2016

Penerbit Pustaka Kata Perbaikan Sistem

jadwal grup RUANG PUSTAKA
Hallo Sobat Pustaka semua :) hanya ingin memberi info nih kalau Penerbit Pustaka Kaata sedang perbaikan sistem. Sistem apa sih kak? Ya, sistem semua, mulai dari paket penerbitan, harga cetak untuk umum maupun untuk penulis PK sendiri, jadwal/kegiatan dalam grup facebook. Udah tahu kan nama grupnya? Yup, RUANG PUSTAKA! Dalam grup tersebut Penerbit Pustaka Kata mengadakan kegiatan setiap harinya. Kegiatan tersebut meliputi ruang-ruang:

Kalimat Efektif dan Tidak Efektif





Sebelum membahas apa itu kalimat efektif, ada baiknya jika kita membahas pengertian dari kalimat itu sendiri.

Pengertian kalimat (menurut KBBI—versi rumit):

Kalimat adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan. Dari segi linguistik kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa (KBBI, 2002 : 494).

Jumat, 01 Juli 2016

NIKMATNYA PEDULI DAN BERBAGI (PEMENANG #RUANG_KUIS RAMADHAN)


NIKMATNYA PEDULI DAN BERBAGI
Oleh: Aleyanda


Kamis sore yang cerah mendadak kelabu, langit bagai mau runtuh begitu Imro mendapat kabar via handphone.

“Maaf! Saya sebagai ketua yayasan tidak mengizinkan kegiatan santunan dan berbuka puasa bersama anak yatim dan dhuafa!” seru Pak Setiawan kepada Imron dengan nada tinggi.


“Hari gini gak ada yang gratisan!” terangnya. Ia meminta uang tiga ratus ribuan agar dapat memakai sekolahnya. 


‘Astaghfirullah ...!’ gumam Imron. Sebagai ketua Penaggungjawab ia sedih. Imron dan teman-teman panitia sudah mempersiapkan acara ini dengan matang. undangannya sudah tersebar. Acara dan tempat sudah tak bisa dirubah lagi. Hanya sekolah ini yang letaknya strategis untuk kegitan tersebut.


'Barang siapa yang menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolongnya.'


'Bismillah ... aku harus bisa! Saatnya menolong para anak yatim dan dhuafa,' semangat Imron. Ini hanya masalah komunikasi. Memang pada saat mengantar surat izin tempat kepada Pak Setiawan selaku Ketua Yayasan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Abrar di rumahnya, yang bersangkutan sedang pergi. Jadi suratnya dititipkan ke asisten rumah tangga. Harapan Imron semoga lancar. Namun ternyata ada penolakan.


Jumat pagi Imron bersama Hilman bersilaturahim menemui Pak Setiawan. Untuk membeberkan maksud dan tujuan acara yang mulia ini. Akhirnya kata setuju dari Pak Setiawan keluar juga. Namun dengan catatan panitia harus menjaga ketertiban dan kebersihan sekolah.Sedekah itu bisa berupa tenaga, waktu dan pikiran. Kerja cerdas, keras, ikhlas dan tuntas teman-teman remaja masjid se-Kelurahan Karet Tengsin membuahkan hasil. Semua berlomba mencari dermawan, sponsor dan sumbangan. 


Acara santunan dan berbuka puasa bersama 100 anak yatim dan dhuafa se-Kelurahan sukses digelar pada hari Sabtu di SDIT Al-Abrar. Diisi dengan kegiatan perlombaan cerdas cermat, baca hafalan Al-Quran, baca puisi serta ceramah oleh KH. Mustofa Idrus selaku tokoh masyarakat dan pengurus Yayasan.


Muka-muka ceria terlihat di wajah anak-anak yatim saat menikmati menu berbuka puasa yang menggoda selera. Senyum mereka bertambah lebar ketika menerima amplop dan paket sembako. 'Ramadhan penuh berkah.' Mata Imron berkaca-kaca saat mengusap kepala anak-anak yatim. 'Ya Allah terimalah amal dan ibadah kami semua.'


“Dik, doakan kakak serta para dermawan agar berkah rezekinya ya,” kata Imron sambil menyeka air mata dan memeluk anak yang hafidz Al-Quran.



***
Setelah salat Isya Imron tertidur. Di keheningan malam Imron menangis dalam tidurnya. Ia tak kuasa menerima hadiah berupa sarung emas dari Allah Swt. Sarung khusus digunakan dalam surga. 


'Ya Allah ... Barang siapa yang menolong anak yatim kelak ia di surga bersama Rasulullah Saw. Karena Rasulullah adalah Bapak anak yatim.' Air mata Imron membanjiri bantal. Imron teringat Pak Setiawan dan panitia agar mendapatkan mimpi yang sama. Imron lalu salat Qiyamul lail dan menghidupkan malam penuh berkah sampai sahur dan fajar menjelang.


‘Ya Allah ... Subhanallah ... wal hamdulillah ... wala ilaha ilallah ....' Imron membasahi lidah dengan dzikir dan membaca Al-Quran. Setiap habis ramadhan Imron rindu lagi ramadhan dan cemas kalau tak sampai umurnya di tahun depan. 


Cianjur, 25 Juni 2016



Biodata Penulis:ALE YANDA (pena) adalah penulis serabutan dan kambuhan. Alamat di Cipanas, Cianjur. Cerpen antalogi dan puisinya sudah bertebaran. Suka menulis dengan sistim ‘Tubruk’ ala Putu Wijaya. Ikuti event apa saja untuk melatih ketajaman pena dan pikiran. pokoknya tubruk. Salam Semangat! Faccebook: Ale Yanda. alamat Email: aleyanda777@gmail.com

39. FRAGMEN PEMIKIRAN MAHASISWA

Telah terbit!
FRAGMEN
PEMIKIRAN MAHASISWA
Sehimpun gagasan solutif menuju Indonesia Emas

Kumpulan Esai Kontributor Terpilih dalam Lomba Esai Nasional 2016 ¾  UKPM Award





Febrian Eka S, dkk.

FRAGMEN
PEMIKIRAN MAHASISWA
Sehimpun Gagasan Solutif Menuju Indonesia Emas
Cetakan I, Juni 2016
Tebal: Ix + 198 hlm
Penulis:  Febrian Eka S., dkk.
Editor: Candra Irawan
Tata Letak: Devi Jan
Ukuran: 13 cm x 19 cm
Desain Sampul: Moh. Hendri Aulla

Diterbitkan oleh:

PENERBIT PUSTAKA KATA
Jalan Rambutan No.19 Mojoagung – Jombang
E-mail: pustakakata@gmail.com

Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang  memperbanyak sebagian
Atau seluruh isi buku tanpa seizin penerbit.

ISBN: 978-602-6235-67-1

Harga: 40.000,- (belum termasuk ongkos kirim)
--------------------------------


Kata Pengantar Ketua Dewan Juri
Buku dengan judul ‘Fragmen Pemikiran Mahasiswa’ ini merupakan kumpulan esai kontributor terpilih dalam lomba Esai Nasional 2016. Kesan yang saya dapatkan saat membaca esai-esai yang ada dalam buku ini adalah terasa sedang menjelajahi cakrawala pemikiran para maha-siswa di Indonesia dalam menjawab kegelisaan Bangsa ini. Ada empat tema yang diangkat oleh para penulis esai yakni: Budaya Literasi Sebagai Cendela Menuju Perubahan Generasi Bangsa, Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menghadapi MEA, Kearifan Lokal Sebagai Solusi Degradasi Moral dalam Pendidikan, Teknologi Alternatif Sebagai Investasi Anak Bangsa. Kesemua tema-tema itu tercover dalam tema besar yakni ‘The Agent of Change’.
Buku ini merupakan miniatur kecil dari kumpulan gagasan solutif yang masih berserakan dalam menjawab persolan Bangsa yang saat ini cukup pelik. Dengan ketajaman hati dan kecerdasan berfikir, para mahasiswa yang notabennya sebagai agen perubahan (agent of change) sedang menterjemahkan perannya dalam fragmen-fragmen pemikiran yang cukup brilian dan segar. Hal ini berarti sinyal kepekaan mahasiswa masih cukup kuat dalam merespon persoalan Bangsa saat ini. Saya membayangkan kalau ide-ide yang berserakan itu berkumpul menjadi satu akan menjadi tambahan kekuatan dan literature dalam meneropong persoalan yang terjadi di Indonesia saat ini.
Para penulis yang ada dalam buku ini, semoga menjadi embrio munculnya tokoh-tokoh Indonesia dikemudian hari yang tetap menjaga keseimbangan antara di Bangsa ini. Tulisan-tulisan yang mereka hasilkan, secara nalar tentunya  tidak akan lepas dari budaya budaya literasi yang ditempatkan sebagai gaya hidupnya. Penempatan budaya literasi hakikatnya adalah sebuah keharusan, karena ini sebagai pertanda masa pra-sejarah peradaban manusia yang diakhiri ketika manusia pertama kali mengenal tulisan.
Ide atau gagasan yang ada dalam konsep alam pikiran akan cepat hilang manakala tidak segera didokumentasikan dalam bentuk tulisan. Saya sangat mengapresiasi dengan apa yang dilakukan oleh UKM Penalaran STKIP PGRI Jombang, untuk mendokumentasikan gagasan-gagasan brilian para mahasiswa Indonesia yang berserakan dalam bentuk buku. Hal ini karena ‘Verba valent, Scripta Manen’ (kata-kata lisan terbang hilang, sementara tulisan tetap permanen). Semoga gerakan-gerakan kecil semacam ini akan mampu menciptakan atmosfer baru dikalangan mahasiswa untuk menyongsong Indonesia yang lebih baik di masa mendatang.  Selamat Membaca!
Jombang, 09 Juni 2016

Aang Fatihul Islam
Esais Jombang




Selasa, 24 Mei 2016

Riview Aksara Napasku


Buku Aksara Napasku karya Aidah Lembayung Senja, dkk diriview oleh Fernnda Rochman Ardhana. Untuk pemesanan dan riview terkait silakan baca pada gambar di atas.


NB: Kirimkan riview terait buku terbitan kami di  media cetak untuk diapresiasi. Kami menyediakan buku sebagai apresiasi.

E-mail: pustakakata@gmail.com

Review Buku Simfoni Jiwa

Buku Simfoni Jiwa karya Sulistyono dan Nacita Salsabila telah diriview oleh Fernanda Rochman Ardhana. Berikut gambar riview serta cara pemesanan buku terkait.


#PUISI_WEEKEND EDISI MEI 2016 (Bayu Lesmana)

Sumber gambar: google
Titipan Sekuntum Kagum
Oleh Bayu Lesmana


Ada sebuah dongeng kerajaan mendengung di tengah malam, di bawah temaram rembulan nan benderang, pangeran menyemburkan asap lisong dari mulutnya, bak pujangga yang menemani malam dengan sejuta kata puitis yang ia bentangkan selebar langit

Ada puteri istana yang dilahirkan dari segala keindahan dunia, buah hasil pertarungan siang dan malam, siluet senja perwakilan perempuan surga keabadian.

Benderangnya kecantikanmu adalah peri yang mengubah belantara hutan jadi ladang mawar.

Oh diriku, lumuran lumpur di tepian jalan
Oh diriku, malu menunjuk rupa takut mengotori suci putih tangan mu.
Oh diriku, debu yang hancur di pijak-pijak semut

Izinkanlah aku jadi pengagum dalam diamku, anugerah terindah dari beban langit yang kutanggung tanpa belas kasihan darimu, hingga suatu saat tuhan menghentikan dunia kecil ini.

Malang, 10 Mei 2016



Fitra Bayu Lesmana, seorang mahasiswa di Malang, lahir di Kota Bagansiapi-api Prov. Riau, seorang penikmat puisi dan penikmat Mimpi yang terlupakan"

#PUISI_WEEKEND EDISI MEI 2016 (Jay Wijayanti)

Sumber gambar: google
DEDIKASI KERINDUAN
Oleh Jay Wijayanti


Semburat jingga dan cahaya rindu berjejal
Menimang masa yang tergugu sesal
Aku tersedu di batas penantian senja
Saat jarak memisah raga, bukan jiwa kita

Di sebait goresan kejujuran ini kueja
Mendedikasikan kerinduan untukmu wahai Ibunda
Segenap cinta yang telah lahir dari rahimmu
Menjaring semangat untuk menapaki kehidupan baru

Indah karunia dan anugerah Sang Maha Pencipta
Tidak akan dibiarkan waktu menghancurkan pondasi ikatan rasa
Sederet warna lain di antara hitam helai rambutmu menghiasi
Kerutan wajah pun tak terhitung jemari

Izinkan aku mencintaimu tanpa batas
Izinkan aku membayar meski tak pernah lunas
Namun di setiap penghujung rapalan doa-doa
Ayat-ayat cintaku senantiasa melangit tanpa pernah Engkau duga
; biar syurga kelak mempertemukan kesempurnaanNya.

Magetan, 14 Mei 2016



Jay Wijayanti, nama pena dari Wijayanti. Wanita single dari Magetan, 30 Desember 198* yang senantiasa meluangkan waktu untuk menggoreskan penanya. Penulis buku Mosaik Warna Kehidupan, Jadikan Hidupmu Lebih Bermakna, dan 160 lebih buku antologi di sosmed. Menjadi wirausaha sukses adalah cita-citanya saat ini. Penulis bisa dihubungi di jaywijayanti06@gmail.com atau Hp 085608228212.

Jumat, 22 April 2016

#PUISI_WEEKEND EDISI APRIL 1 (Sika Indriyawati)

Sumber gambar: google
Mengeja DuniakuOleh: Sika Indriyawati

Di tubuh ini, ada liuk sungai panjang dan alirnya
Mengalirkan mimpi-mimpi tanpa batas
Mencari celah meski halang rintang menghadang
menuju muara.

Di tubuh ini, ada lautan dengan gelombang ombak
Menggetarkan segala kekuatan menerjang batas
Kekuatan-kekuatan do’a dan harapan
kepada cita dan Tuhan.

Di tubuh ini, bongkahan gunung menjulang tinggi
Memasung ego-ego dan berseru kuat dan tangguhlah
Angin ribut adalah teman karib yang tak perlu ditakuti
Jangan menyerah karena ketakutan.

Di tubuh ini, terbendung telaga dengan warna beraneka
nan cantik namun tetaplah bersahaja
Membagi kisah dari hitam hingga putih
dari yang tak bermakna hingga luar biasa

Di tubuh ini, kubangun dunia yang tak biasa
adalah diriku, menjadi luar biasa.

Surabaya, 3 April 2016

Sika Indriyawati, mahasiswa Teknik Sipil UNESA. Dari Tuban.

#PUISI_WEEKEND EDISI APRIL 1 (Devi Nur Sugiarti)


Sumber gambar: google



Sebatang Setengah Rindang

Oleh: Devi Nur Sugiarti



Terlihat di sana, hening menyendiri

Hanya satu batang pohon, sendirian merindang

Rumput ilalang memanjang, tapi bukan penghalang

angin mengalihkan pandangan lalu enggan melama

Kadang inginkan, jadi binatang jalang

Memasuki sejengkal redupnya tubuh

rasanya bukan aku, hingga kutemui itulah daku

Burung-burung menjauh, meninggalkan bekas riuh

Suatu senja menampakkan guratnya

Membidik jingga, hingga ke pelupuk mata

Kadang cinta menjadi merana

Tapi itulah, hingga langkah goyah, aku dewasa

Suatu senja menampakkan rona

Dia menamparku, dia menamparku...!

Mengelak. Berteriak. Telak meluruh daun lain menumbuh

Katanya: biarkan kujadikan dirimu lebih bermanfaat

Gemetarku lamat-lamat menderap, melemahkan

meluruk jamur-jamur kebalanan

sayat kapak terus saja menerjang, tapi menyebuhkan

menyadari; diri sebatang kekokohan rerapuhan

Jombang, 2 April 2016



Saya Devi. Gadis kelahiran kedungpapar yang masih butuh banyak belajar.

7. Dadang Ari Murtono, Penulis Buku Adakah Bagian dari Cinta yang Belum Pernah Menyakitimu


Untuk mengetahui sosok Dadang Ari Murtono Anda bisa membaca sepenggal cerita Tentang Pengarang.

Cerita Kenapa Dadang Ingin Bunuh Diri

Bila ia benar bunuh diri – entah dengan cara apa – mungkin orang-orang yang tahu hari-hari terakhirnya akan meyakini bahwa dia bunuh diri karena jatuh gila. Dan bagi yang mengenalnya di masa jauh sebelum saat ini, barangkali akan lebih percaya kalau dia bunuh diri karena patah hati. “Dia lelaki yang dikutuk cinta. Dua kali dia jatuh cinta. Dan dua kali itu pula jatuh cintanya salah. Jatuh cinta kepada perempuan yang telah bersuami dan cintanya berujung malang. Dia pasti salah jatuh cinta lagi dan tak kuat menahan sakit lalu bunuh diri.”
Tapi baiklah kuceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Ini memang berhubungan dengan cinta. Dan berhubungan pula dengan gila. Cinta memang selalu gila, bukan? Tapi kali ini dia tidak jatuh cinta kepada perempuan. Dia jatuh cinta kepada cerita-cerita. Cinta yang membuatnya meninggalkan pekerjaan mapannya di perusahaaan telekomunikasi dan dibenci keluarganya yang sebenarnya bermaksud baik dan menghendaki ia hidup seperti kebanyakan orang, “hidup yang normal,” kata keluarganya. Tapi cinta memang tidak bisa dipaksakan. Cinta bekerja dengan cara tersendiri yang terkadang tidak masuk akal. Dan ia telah membuat keputusan.
Dia banyak menulis. Namun sekali waktu, ketika harapan masa depan yang lebih cerah terbit di dadanya, beberapa orang menuduhnya pencuri. Padahal ia pencinta teguh. Dan bagaimana orang yang mencintai sanggup mencuri sesuatu dari apa yang dicintainya? Yang terjadi sesungguhnya adalah ketika ia mencoba sampai sebatas apa cerita itu bisa dibikin, para penuduh itu menyalahpahaminya. Orang-orang itu seperti tahu semua hal tentang cerita. Tapi mereka hanya tahu apa yang sudah ada atau pernah dibuat oleh orang. Merekalah sepandai-pandai penjaga kemapanan, bukan pendorong perubahan, atau penemu hal baru. Dan ia menulis sesuatu yang belum pernah ada (barangkali pernah ada, namun tidak sepenuhnya seperti yang ia lakukan). Menulis nyaris sama dengan tulisan orang lain, namun pada beberapa bagian memelencengkannya. “Bagaimana pun juga, sekali pun ia telah memberi keterangan bahwa apa yang dibikinnya berdasarkan cerita orang lain, tetap saja dia pencuri!” teriak para penuduh itu. Lalu segenap orang, seluruh semesta seakan berbalik arah melawannya, memusuhinya. Ia merasa menjadi korban fitnah. Dan sengaja dibunuh pelan-pelan dalam sepi di dunia yang dicintainya
Lalu tak ada lagi satu pun apa yang ia bikin yang terbit. Dan teman-temannya – karena malu berteman dengan pencuri – meninggalkannya satu-satu. “Dia pernah menulis cerita berjudul Lelaki Sepi. Dan kini, benar-benar sepilah dia. Salahnya sendiri ngawur membikin cerita. Apa dia tidak tahu kalau cerita itu seperti doa? Seperti nama, bukan?” simpul salah satu temannya dalam sebuah perbincangan di warung kopi.
Sedang makian, terus saja datang dalam rombongan besar kepadanya. Sungguh, ia merasa lebih baik ditusuk pisau daripada diperlakukan seperti itu. Dalam sepi yang begitu purba, ia memutuskan berteman dengan benda-benda. Ia mulai bicara pada komputer, pada piring, pada batu, pada tembok, pada bulan, dan sebagainya.
Tapi semua tidak lantas selesai begitu saja. Sebagaimana semua orang yang hidup, ia juga butuh makan, minum, sabun, odol, dan perkara-perkara lain yang hanya bisa selesai bila ada uang. Ia percaya seseorang harus melakukan sesuatu dilandasi cinta. Bukan keterpaksaan. Dan karena tak ada pekerjaan yang dicintainya selain menulis, maka dia terus menulis. Terus dan terus. Dan terus pula berupaya agar ada yang berkenan menerbitkan tulisannya. 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, sepanjang bulan, sepanjang tahun, ia menulis. Telah berapa ribu cerita ia tulis? Tapi apa yang pernah dialaminya, fitnah itu, tak cukup  menumbuhkan – paling tidak – rasa kasihan bagi orang-orang di koran dan penerbit untuk meluluskan permintaannya. Sekali waktu, ada sebuah koran yang memuat tulisannya, dan hanya dalam hitungan menit, ribuan hujatan dialamatkan ke koran tersebut. Siapa bilang pengarang telah mati dan hanya karya yang bicara ketika tulisan itu telah selesai dibuat? Omong kosong.
Lalu seperti Akutagawa, penulis yang ceritanya pernah ia garap ulang dan menyebabkan ia mengalami nasib buruk sedemikian panjang, ia sepenuhnya menyadari dirinya menjadi gila. Barangkali bila persoalannya adalah sekadar menjadi gila, maka akan lebih mudah menanggungkannya. Tapi yang ia alami adalah menyadari sepenuhnya bahwa ia tengah dalam proses menjadi gila. Dan sungguh, itu sangat menyakitkan. Seandainya Akutagawa masih hidup, kau bisa bertanya kepadanya bagaimana rasa yang sedemikian itu. Bukan hanya sepi yang membikin seseorang menjadi gila, namun juga lapar dan perasaan tidak dihargai. Dan pada suatu malam, ia didatangi oleh makhluk-makhluk yang tidak ada dalam dunia nyata, makhluk-makhluk yang ia yakini juga mendatangi Akutagawa menjelang kematian sang pengarang itu karena bunuh diri pada usia 35 tahun. Makhluk-makhluk yang disebut Akutagawa Kappa dalam sebuah novelet dengan judul ‘Kappa’. Makhluk setinggi 1 meter dengan tangan dan kaki berselaput dan tengah puncak kepalanya berbentuk oval, cekung seperti piring.
Dan ia mulai melupakan benda-benda. Benda-benda tidak bisa diajak berbincang, apalagi berdiskusi. Ia telah mencoba menceritakan hal paling remeh kepada benda-benda itu, semisal, “hari ini hujan, aku kedinginan, apakah kau juga kedinginan?” namun benda-benda tetap saja diam. Dengan para Kappa, ia bisa berbincang dan berdiskusi. Apalagi ada dari Kappa itu yang berprofesi sebagai filsuf, penyair, pegawai bank, gubernur, bahkan sampai pemabuk dan pengangguran. Ia bisa bicara banyak. Di mana-mana, selalu saja ada Kappa yang menemaninya. Dan di mana-mana itu pula, ia berbincang dengan asyik. Keasyikan yang membuatnya lupa mandi, lupa ganti baju, lupa cukur rambut dan potong kuku.
“Awalnya ia bicara dengan benda-benda, sekarang malah dengan sesuatu yang tak ada,” ia tidak menghiraukan ucapan orang semacam itu.
“Dasar pengarang gila. Ia merasa tengah berbicara dengan Kappa. Itu pasti karma karena dia pernah mencuri karya Akutagawa. Biar saja dia gila seperti itu. Sebentar lagi dia pasti akan mati,” sahut orang yang lain.
Di antara semua Kappa, ada satu yang paling disukainya. Nama Kappa itu tidaklah penting benar. Yang jelas, Kappa itu adalah penyair. Ia merasa melihat pantulan dirinya di cermin pada diri Kappa itu. Penyair yang telah menulis ribuan puisi tapi tak satu pun yang menganggap puisi sang Kappa bagus. Kappa itu hidup dalam keprihatinan yang sangat. Bahkan, seringkali, ketika lapar telah terlalu, mengais makanan sisa dari tong sampah. Beberapa kali, sang Kappa berpura-pura gila agar bisa kencing di celana dan makan gratis di warung. Kappa itu juga tak jarang melakukan hal-hal tidak masuk akal yang menurutnya dikerjakan untuk memperoleh pengalaman baru sebagai bahan tulisannya. Ketika punya uang, Kappa berambut kusut itu pernah menelan sepuluh butir obat sakit kepala hingga nyawanya nyaris lepas. “Agar aku tahu bagaimana rasanya sekarat,” terang si Kappa.
“Dunia benar-benar sudah miring!” kata si Kappa pada suatu kali. Tapi yang sesungguhnya terjadi adalah si Kappa penyair yang jalannya miring. Segenap dunia masih pada posisinya yang wajar. “Aku telah menulis puisi terhebat. Yang terhebat dari semua yang pernah aku tulis. Dan kalau orang-orang tetap saja mengejekku, aku akan bunuh diri. Aku tidak sudi hidup di dunia yang miring. Hanya orang-orang miring yang akan meremehkan apa yang telah kubuat ini,” kata si Kappa suatu sore. Dan ia menjawab perkataan si Kappa dengan kalimat yang mungkin sekali akan terus disesalinya. “Barangkali dunia tidak membutuhkan puisi-puisimu. Bahkan mungkin, dunia juga tidak membutuhkanmu. Dan tak akan ada bedanya kau hidup atau mati,” katanya meski sesungguhnya kalimat yang diucapkannya sembari menundukkan wajah itu lebih ia peruntukkan bagi dirinya sendiri.
Sore itu adalah sore terakhir ia bertemu sang Kappa penyair. Seminggu ia tidak bertemu sebab sang Kappa bilang butuh waktu untuk menyempurnakan puisi tersebut. Dan pada hari kedelapan, ia mendengar dari Kappa filsuf – Kappa yang paling sering mengatakan alangkah buruk dan tidak bermutunya karya Kappa penyair dan bahwa hanya orang-orang idiot yang mau membaca tulisan si Kappa penyair itu – bahwa Kappa penyair mati di kamarnya gantung diri. Ia terkejut mendengar berita itu. Ia berduka. Ia teringat apa yang diucapkan si Kappa pada pertemuan terakhir mereka. Dan ia semakin terkejut ketika Kappa filsuf itu berkata lirih, “barangkali setelah ini, karya-karya yang ia tinggalkan akan lebih bernilai. Bukankah bahkan dalam duniamu sendiri, banyak pengarang yang jadi penting setelah menuntaskan hidupnya yang tragis dengan cara yang juga tragis?”
Dan malam itu, ia menulis sebuah cerita tentang dirinya sendiri. “Sebuah Cerita Kenapa Dadang Ingin Bunuh Diri” judulnya.
Ah, seandainya kau membaca cerita itu, mungkin kau akan keheranan bagaimana seseorang bisa meneguhi sesuatu yang seperti begitu sia-sia. Tapi bila kau pernah membaca Myte Sysiphus-nya Camus, mungkin kau akan menggumam: “haruslah dibayangkan Dadang bahagia!”

Dan apakah Dadang benar-benar jadi bunuh diri? Entahlah. Tapi bila benar ia bunuh diri, pastilah ia akan didapati mati sambil membawa sebilah pisau (Ia yakin genggaman yang kuat akan membawa pisau itu turut bersama rohnya). Untuk apa? Sekali waktu, ia pernah berkata, “kelak di akhirat, bila Tuhan membungkam dari pertanyaanku kenapa takdir sebegini buruk yang ditimpakan kepadaku, maka aku akan menikam-Nya. Aku benci Tuhan yang bisu.”

6. Akhmad Fatoni, Penulis Buku Tembang Dolanan

Akhmad Fatoni, Lahir dan tinggal di Mojokerto. Alumnus jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNESA. Saat ini sedang menyelesaikan studi master di jurusan Kajian Sastra dan Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Surabaya. Aktif di beberapa organisasi di antaranya Lesbumi Mojokerto, menjabat sebagai wakil ketua; DKKM (Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto), menjabat sebagai sekretaris bidang program. Selain itu juga   tergabung di Forseda (Forum Sebrang Dalan) dan mendirikan beberapa komunitas yakni Komunitas Arek Japan-KAJ (komunitas menulis), Teater Lirih, dan Sampan Tanpa Lautan-STL (kelompok musik akustik), ketiga kelompok tersebut ia kelolah dalam satu sanggar yang beralamat di Mojosari-Mojokerto.
Selain menulis puisi, ia juga cerpen, dongeng, skenario, naskah drama, esai, dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di beberapa media, di antaranya Buletin Tinta, majalah Tera, Majalah Ekspresi, Majalah Sarbi Kita, Majalah As-Syarif, Majalah Widyawara, Jurnal Lembah Biru, Jurnal Rabo Sore, Jurnal Rabo Sore, Jurnal Jombangana, Radar Mojokerto, Surabaya Post, Jawa Post, Berita Metro, Santri News, Pos Bali, dan Denpasar Post. Selain itu, ia juga kerap mengeditori beberapa buku di antaranya Rumput di Telapak Tangan (2014), Kolase (2014), Sepotong Rindu yang Terbagi (2014), Serius Bermain (2014), dan Bunga Rampai Terminal Sastra 2014 (2014).
Sedangkan puisi-puisi yang lainnya bisa dibaca dalam antologi persama, Duka Muara (KRS, 2008), Kapas Nelayan dan Nabi yang Kesepian (KKL, 2009), Pesta Penyair Jawa Timur, (Dewan Kesenian Jawa Timur, 2009), Si Pencari Dongeng (Dewan Kesenian Surabaya, 2010), Tabir Hujan, (Pustaka Ilalang, 2010). Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit, (Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto, 2010), Antologi Puisi Penyair Mojokerto, (Wahyu Pustaka, 2011), Pedhut Lirang, (KKL, 2012), Piknik Becak Cinta, (KKL, 2013), Berdoa Bersama (Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto, 2014), Tasbih Hijau Bumi (Lesbumi Jatim, 2014). Dan cerpennya terangkum dalam antologi bersama, Tentang Kami Para Penghuni Sorter, (KKL, 2011). Sedangkan buku puisi tunggalnya, terangkum dalam Lengan Lirang (KKL, 2012) dan esai tunggalnya dalam Kredo Mimpi (Griya Pustaka, 2014).


Selain di bidang kepenulisan, ia juga menekuni teater, fotografi, dan film dokumenter. Hal itu membuatnya diundang ke beberapa kota di antaranya, Mojokerto, Jombang, Kediri, Nganjuk, Trenggalek, Pacitan, Jogjakarta, Malang, Surabaya, Jakarta, Balikpapan. Pada tahun 2012, mendapatkan penghargaan Tali Asih dari Gubernur Jawa Timur. Sedangkan beberapa tulisannya yang lain bisa dikunjungi di www.sastramaya.com. Dan bisa dihubungi di fatoni.akhmad@gmail.com atau twitter di @akhmadfatoni1

5. Hikayat Ashwan Sha, Penulis Buku Setelah Gerimis

Hikayat Ashwan Sha lahir di Sabah Malaysia pada 18 April 1994. Lulusan SD Paket A, dan Lulusan SMP di Comunnity Learning Center atau SMP TERBUKA pada tahun 2014. Aswan adalah anak TKI yang dibesarkan di Malaysia. Aswan anak ke tiga dari delapan bersaudara. Semuanya lahir di Malaysia tapi tetap berwarganegaraan Indonesia. Seumur hidupnya Aswan baru satu kali menginjakkan kakinya ke tanah air tercinta dan sekaligus melajutkan pendidikannya SMA Plus Permata Insani Islamic School. Ia mendapatkan Biasiswa Full selama 3 tahun dan tinggal di Asrama. Sewaktu SMP Aswan bekerja sambil sekolah untuk membantu kedua orangtuanya yang bekerja sebagai buruh di Malaysia. 

Aswan bercita-cita ingin menjadi seorang Sastrawan Indonesia suatu hari nanti agar dapat menghidupkan kembali sastra Indonesia dan dikenal dunia serta dapat memberikan gambaran bagi anak-anak Indonesia yang ada di Sabah Malaysia tentang kebudayaan yang ada di Indonesia agar anak-anak TKI semakin cinta akan negerinya. Buku kumpulan cerpen yang berjudul “SETELAH GERIMIS” adalah buku pertama yang ditulis atas pengalaman selama di Malaysia dari semua cerita 70 persen adalah kisah nyata yang dialami Aswan sendiri dan Aswan saat ini tinggal di Pasar Kemis Tangerang, Banten. Pencapaian Aswan selama bersekolah Di SMPT adalah juara 1 tari berpasangan apresiasi kreasi, seni, dan olahraga SESABAH MALAYSIA 2012, dan Juara lomba mengarang hari kemerdekaan RI 68 KJRI SABAH MALAYSIA 2013. Fb: Hikayat ashwan sha. Email: hikayatashwansha@gmail.com. Alamat: Perum Villa Permata Blog G1 Kelurahan Sindangsari Kecamatan Pasar kemis Kabupaten Tengerang Banten. 

Senin, 28 Maret 2016

#KOPDAR 1 Ulang Tahun Pustaka Kata yang ke-1

Sungguh luar biasa sebuah Penerbitan yang dimulai dari kata 'sederhana' kini bisa melangkahkan kaki hingga titik ini. Menerbitkan 37 judul buku dalam kurun waktu satu tahun ini membuat kami lebih semangat untuk membantu kawan-kawan penulis dalam menerbitkan karyanya.

Pada Ulang Tahun yang pertama ini, kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Rumah Baca Daanish Aniq dan Bu Yaya sebagai pemilik yang telah menijinkan Pustaka Kata membuat acara Kopdar sekalius membuka Kelas Menulis yang sudah lama kami impikan.

Kopdar kali ini sangat berkesan karena yang awalnya akan dilaksanakan hari Minggu, 27 Maret 2016. Berubah menjadi dua sesi yakni Sabtu sore dan Minggu pagi.


Kami sangat surprise karena yang ikut sangat banyak. Sesi pertama, yakni Sabtu 26 Maret 2016 berjumlah kurang lebih 60 orang. Dan Minggu 27 Maret 2016 sekitar 25 orang.



Kami lebih senang karena banyak yang baca puisi :) meski mereka baru saja mencoba berani.




Meski terkesan sedikit malu-malu, tapi kami acungi jempol dua. Dan ketika kelas menulis dimulai diharapkan adik-adik semua berani tampil di depan umum.



Kami apresiasi semua yang berani menuntaskan tantangan.


Dalam acara ini juga diumumkan pemenang Lomba Tentang Kota Kita. Pemenang Kategori Cerpen yaitu Candra Adikara Irawan dengan judul Brondong Ringin Contong. Dan kebetulan Pemenang Puisi tidak dapat hadir karena intensif menjelang perlombaan Paskibra, yakni Fitri Dm.


Pemberian hadiah buku kepada Ajeng


Pemberian hadiah buku kepada Aan




Dan begitulah rangkaian acara Ulang tahun Pustaka Kata yang pertama.



#PUISI_WEEKEND EDISI 26 Maret 2016 Spesial Milad Pustaka Kata

Judul: Warsa Pustaka
Oleh: Made

Ingin kukabarkan kepada daun-daun yang luruh di halaman
Tentang asa yang masih ditangguhkan
Tentang senyum yang seperti berbisik
Sedang hati bersiul berisik

Hari ini bukan masalah asin, asam, pahit dan manisnya usia
Namun, tentang proses membelahnya jiwa
Apa yang kini dilihat
Ini adalah kisah kerja nyata

Meski tanpa lilin
Jabat kata semoga terjalin
Meski tanpa coklat
Rangkaian doa semakin erat termunajat
Pelangi diantara tumpahan bergelas tinta
Jejak abadi sepanjang masa

"Selamat ulang tahun," bisikku, lalu tersenyum malu-malu.

Jakarta, 26 Maret 2016

Selasa, 22 Maret 2016

4. Drs. Agung Pranoto, M .Pd, Penulis Kumpulan Artikel "Pesona Sastra"

Agung Pranoto, lahir di Trenggalek, 5 November 1966. Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ini sekarang sedang berjuang untuk menyelesaikan program doktoranya di Universitas Negeri Surabaya. Sejak 1985 ia meminati tulis-menulis, berupa puisi, cerpen, resensi, artikel bahasa-sastra-budaya dan di antaranya telah dimuat di Surabaya Post, Surya, Suara Merdeka, Wawasan, Bali Post, Akcaya, Republika, Suara Karya, Pelita, Mutiara, Panyebar Semangat, Jaya Baya, dan lain-lain.

Pengalaman di bidang media, ia pernah menjadi pendiri Majalah Budaya Kalimas, Pimred Tabloid Warta Weka, redaktur majalah ilmiah Inovasi, dan redaktur majalah ilmiah Pedagogi.

Beberapa buku telah diterbitkan, di antaranya: Antologi Puisi Dialog Warung Kakilima (Sanggar Kalimas, 1993), Pelajaran Surat-Menyurat dan Komunikasi untuk SMK (Lautan Rezeki, 1998), Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Kelas 1-6 (Bina Pendidikan Indonesia, 2000), Kajian Puisi, Telaah Puisi Sejumlah Penyair (Mitra Alam Sejati, 2003), Religusitas Syahril Latif dalam Kumpulan Sajak Ziarah (Media Ilmu, 2004), Kritik Sosial dalam Kumpulan Cerpen Sarinah Kembang Cikembang Karya Satyagraha Hoerip (Dian Prima Lestari, 2006), Konteks Sosial Satyagraha Hoerip sebagai Pencipta Cerita Pendek (Media Ilmu, 2007), Bahasa Indonesia Keilmuan (Bimantara Aluugoda Sejahtera, 2008), Realitas Sastra, Realitas Sosial, dan Sosiologi Sastra (Irianti Mitra Utama, 2009), Antologi Puisi Sketsa Kembang Kertas (Surya LBC Press, 2009), Kiat Menulis Resensi Buku (Dian Prima Lestari, 2010), Jurnalistik, Panduan Praktis Penerbitan dan Pengelolaan Majalah Sekolah (Dian Prima Lestari, 2010).

(HP. 081230841395, email: ag_pranoto@yahoo.com)





3. Lia Zaenab, dkk, Penulis Antologi "Rampai Serenade Rasa"

Bernama Asli: Lia Sainab Asbar. Nama Pena: Lia Zaenab Zee. Perempuan Bugis muslimah berhijab.  Yang Lahir  28 Juli di Kabupaten: Enrekang-Makassar-SUL-SEL,. Alumni Strata 1(satu) Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi dari UNHAS Makassar. Staff Finance di Perusahaan Swasta Nasional Pengembang Perumahan di Makassar. Seorang --Accountant yang tersesat ke lembah sastra dan tak ingin mencari jalan pulang, tersebab terlanjur telah jatuh cinta. Hobby membaca apa saja. Khususnya literatur sastra . Mempunyai buku Kumpulan Puisi tunggal: 'Leya Perempuan Merah Bergelung Pena'' @2015. Serta puluhan buku antologi bersama puisi, cerita fiksi dan kata- kata motivasi/mutiara.  Dapat di temui: FB: Lia Zaenab
Twit: @zee_lia. Blog:
http://lia zee.blogspot.com
Mobile: 085242931445
''Mengabadikan jejak lewat tulisan'' Salam Karya. Terima kasih.

Al-Fian Dippahatang lahir di Bulukumba 03 Desember 1994. Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Hasanuddin angkatan 2014. Pernah kuliah selama empat semester di Sastra Indonesia Universitas Negeri Makassar. Ikut dalam antologi pemenang (Kumpulan Puisi: Jejak Sajak di Mahakam, 2013 Lanjong Art Festival Kutai Kartanegara), (Kumpulan Puisi: Kitab Cinta Kota Batik Dunia, Festival Menulis Puisi Cinta Teater Kita Pekalongan, 2015 Pustaka Cuwiri), dan (Kumpulan Cerpen: Ground Zero, 2014 Diva Press). Bergiat di Sanggar Alam Serang Dakko, Komunitas Lamaruddani dan UKM Seni UNM. Mengikuti Sekolah Penulisan Kreatif dari Komunitas Literasi Makassar-PK Identitas Unhas. Twitter: @pentilmerah.

Moh. Ghufron Cholid adalah nama pena Moh. Gufron lahir dan dibesarkan di lingkungan pesantren. Karya-karyanya tersebar di berbagai media juga terkumpul dalam berbagai antologi baik cetak maupun online, terbit di dalam maupun luar negeri Alamat: PonPes Al-Ittihad Junglorong Komis Kedungdung Sampang Madura. HP 087759753073 HP 087759753073

Damar Anggara nama pena dari Muhammad Iskandar. Lelaki kelahiran Demak, 08 Maret. Penyuka sastra dan peramu bahasa.

Faris adalah penunggang kuda yang dilahirkan 20 tahun silam. Citanya adalah ingin berdakwah dengan pena, dan menebar cinta dengan karya

Jatu Sulistyo Rini, dengan nama pena Jatu Nie , kelahiran serang 9 Mei 1988. Menulis puisi hanya sekedar menuangkan rasa dan isi hati, kini jatuh hati pada puisi. Ibu dari satu orang putri dan dua orang putra. Ada Beberapa karya antologi bersama.

Penulis dari kota batu yang berasal dari Bandar Lampung, di lahirkan pada tanggal 23 juli 1996, dengan nama pena Ensen. Daya tarik adalah puisinya yang sederhana dan sedang meraba ke dunia novelis

Perempuan manis, lahir dan besar di Makassar 21 tahun lalu ini, bernama lengkap Nur Anggraini Salsabila, anak bungsu dari 4 bersaudara, tercatat sebagai mahasiswi dan tenaga honorer. Cita-citanya mempunyai perpustakaan pribadi. Menulis baginya adalah pelepasan dari belenggu aktivitas yang menjenuhkan. Dapat dihubungi langsung di akun facebook: Nona Reni.

Elang Segara adalah Nama pena dari U Yayan Anggara, terlahir di pinggiran pesisir Pangandaran Jawa Barat. Masa remaja dihabiskan di Kota Surabaya, sebelum akhirnya menetap di Batam. Menulis adalah satu cara untuk menuangkan inspirasi dan isi hati.

Erna Winarsih Wiyono, Mojang Bogor kelahiran 16 0ktober 1984, Puisi adalah ungkapan jiwa yang jujur. Seniman merangkap Konsultan Basis Indie, Saat ini berdomisili di Kota Bogor.

Dhea Pandawa adalah nama pena dari Riki Samhadi, lelaki kelahiran 27 Oktober yang menyukai
kesibukan dan penikmat kemalasan dan juga seorang Mahasiswa UMSU
Lahir menjadi penulis dari KomPAK.

Sang Pemimpi, nama pena dari Dian, seorang lelaki yang suka mendiami keheningan melebihi setiap tarikan nafas dalam hidupnya dan juga seorang Mahasiswa UMSU
Lahir menjadi penulis dari KomPAK

Nia An-Nashri nama pena dari Nia Lestari, seorang perempuan yang suka menikmati senja dan juga seorang alumi Mahasiswa UMSU
Lahir menjadi penulis dari KomPAK

Nama asli Tata Rihata dengan nama pena Samara Aji, lelaki kelahiran Majalengka, 28 Desember 1978. Menulis puisi adalah hobi yang tertunda berbelas tahun, dan kembali belajar sejak akun Samara Aji dibuat, selalu membuat catatan di akhir titimangsa dengan dua kata #bukan puisi, karena merasa belum layak. Kedepan akan dihilangkan.

Nama pena Nur Baya Sari, dilahirkan di Bandung 19 tahun silam tepatnya pada 17 Februari 1996. Menyukai sastra sedari sekolah SMA sampai sekarang. Saya mencoba menulis dan terus belajar menulis.

Arief Siddiq Razaan, peramu mimpi yang mendiami rumah imaji Komunitas Penulis Anak Kampus (KOMPAK) tempat berkarib ajar aksara hingga mewujud cerita. Saat ini mengembara ilmu di Pascasarjana Universitas Negeri Malang, jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia.

Nama pena Sultan Muhammad Al-Fatih, aku hanya pemula kata yang mencari hakekat makna tersirat dalam kehidupan, baginya menulis puisi ialah jalan keindahan semata, dimana tetirah kebahagiaan diletakkan sempurna dalam cawan rindu bergelora di dada, kehidupan sehari hari hanya seorang penjual nasi goreng di Kota Makassar, tapi itu bukanlah alasan tuk tak berkarya.

Ova Laela Muttaqiyah dengan nama akun Muqoddasah. Penikmat berbagai macam tulisan dan tengah belajar menjadi penulis. Saat ini sebagai mahasantri tahfidz Al Quran di Rumah Tahfidz Qurrota A'yun Yogyakarta.

Nurmasari, seorang pelajar kelas XII IPA di SMA Daarurrahman yang lahir tanggal 7 juni 1997. Kemampuannya dalam merangkai kata pertama kali ditemukan dan dikembangkan oleh seorang guru bernama Uus Firdaus. Hingga saat ini ia masih terus belajar menulis.

Reni Permatasari, terlahir di Baturaja pada 21 Februari 1992. Bermimpi menjadi seorang penulis dan pengusaha. Tujuan menulis untuk menebar kebaikan lewat kekata (sampaikan walau hanya satu ayat pun). Dapat dihubungi melalui email: reni.permatasari21@gmail.com.

Rini Nurmala Sari nama pena/akun dari Rini Kumala Sari Nst, gadis kelahiran tanah Riau sekitar 18 tahun silam. Saat ini berdomisili di Kandis, Riau. Menyukai berbagai jenis karya tulis, pun sedang berlatih memantaskan diri sebagai calon penulis. Salam Pena :)

Nama lengkap Wiwi Nurgiyanti, lahir di purbalingga 19 september 1984. Dengan nama pena Cahyaning Wengi. Mencintai puisi dan dunia kepenulisan dari SD sampai saat ini.

Nama asli: Dewi Indriani Pemakai nama pena Azel PRD.
Mojang Bandung lahir 01 November 1982. Menulis adalah caraku untuk menikmati hidup dan apapun yang kuinginkan dapat kugoreskan lewat karya yang kutulis dan itu menyenangkan.

Adhe El Muthmainnah adalah identitas yang kusandang dalam jagat literasi. Namaku Rati Mutmainnah, kelahiran Sumbawa Besar, 24 Oktober 1989. Menjadi penulis adalah salah satu impian  yang baru kubangkitkan kembali setelah sekian lama mati suri.

Nidhom Ve adalah nama yang dipakai disetiap karya tulisnya, lahir di Cirebon.Karyanya dapat ditemui dalam puluhan Antologi, baik cerpen maupun puisi. Dimensi 4 Musim adalah novel solonya. Dapat ditemui lewat account FB: Nidhom VE dan email: w04.memory@gmail.com

 Liyana Zahirah, merupakan nama pena dari Ratu Bulkis Ramli. Kelahiran Palopo, 11 Desember 1992.  Berstatus sebagai mahasiswi di Universitas Cokroaminoto Palopo jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia “2011”. Penulis aktif di beberapa organisasi seni dan kepenulisan, diantaranya;  (FLP) Sul-sel,  (KBM) Makassar, Sanggar seni Puntilolo Art Palopo. Puluhan Antologi Puisi dan beberapa cerpen.  Dapat menghubungi penulis via, Email: liyanazahirah983@yahoo.com || FB: Liyana Zahirah (Ratu Bulkis Ramli) || Twitter: @Chuingchuink || Blog : chuingchuink@blogspot.com || Hp. 082187742724.

Menulis adalah hobby yang kini sedang digelutinya. Penghujung tahun 2012 awal kiprah seriusnya di dunia kepenulisan. Puluhan antologi bersama. Di Sudut Alamanda, adalah buku kumpulan puisi pertamanya. Dapat disapa lewat FB: Utep Sutiana.

Ninik Sri Banunawati Lahir di Ngawi Jawa Timur, adalah seorang penulis pendatang. Mengaku belum banyak karya yang dipersembahkan, namun keinginannya suatu saat nanti tulisannya dibaca oleh seluruh umat di dunia.“Imposible is Nothing.'' Dapat dihubungi di: Call/wa +85291796412, Fb-Ninik Banunawati. Email ninik.banunawati9@gmail.com

Nama asli Yuneet Warjono. Nama pena Yuneet Senjakala lahir dan  besar di Lampung. Seorang mahasiswi. Di sela rutinitasnya sebagai mahasiswa juga merangkap sebagai guru dan pustakawati. Perempuan yang jatuh cinta pada puisi. ''Memintal kekata penuh semangat, merajut karya penuh indah'' filosofi hidupnya.
kontak; Email; yuneetwarjono13@gmail.com_

Ajied Alfaridzi Rantetuan. Lahir di Enrekang 29-11-1979 Sul-Sel. Karya sastra tidak pernah usang. Abstrak dalam aksara dan bahasa kalbu yang abadi dalam makna, menjadikan aku selalu mengasah kemampuan, bukan di meja akademik, tapi otodidak saja.

Wahyu Deny Putra, adalah penulis yang lahir 24 tahun lalu di kota Pemalang. Motto hidupnya adalah: Berdamai dalam perbedaan. Dapat dihubungi di wahyudenyputra@ymail­.com atau wahyudenyp@gmail.com

Kayla Mubara; IRT, lahir: Cilacap, 25.04.1981. Menjadikan membaca dan menulis sebagai kebiasaan. Menyukai puisi sejak kelas II MI. Senang spontanitas membuat, mendeklamasikan puisi saat api unggun di perkemahan. Pernah berhenti menulis puisi, kini berusaha lagi meronce aksara. FB : Kayla Mubara. Blog www.maisanfaros.com

Dewi Ari Ari, tinggal di Lereng Gunung Kawi, Malang. Pengagum dan penikmat aksara di setiap lembar kitab alam. Berharap aksara menjadi jalan ukhuwah, melalui Fb: www.facebook.com/dewi.ariari3 atau email: daa.sat413@gmail.com

Tirta Bermadah, nama pena dari Ayla Warhamny, lahir di Samarinda 01 Januari 1992,  mahasiswa di Unmul Samarinda. Tulis menulis merupakan tempatnya menuang isi  hatinya. Banyak keinginan yang harus ditunda, tetapi buka berarti tidak akan memulainya lagi. Menyerah pada keadaan bukanlah menjadi ciri tetapi memicu semangat 'tuk melakukan hal yang lebih baik lagi. Berbagai cara, salah satunya ingin membuat orang-orang yang tersayang, tersenyum tatkala tintaku berbaris di lembar-lembar yang berjilid. In syaa Allah.

Shifu Nangklanan, adalah nama pena dari Muhammad Rifa'i. Terlahir di LAMAHALA--sebuah desa di pesisir Adonara--29 Juli 1991. Saat ini aktif dibeberapa grup kepenulisan. Motivasi terbesarnya menulis adalah mimpi. Karena, baginya di sana kita dapat berbagi dunia bersama.

Siti Jamilah gadis penikmat hujan bernada sejuta kesunyian. Lahir di Purwakarta, 12 Maret 1995. Gemar meliarkan khayal di sepotong kesunyian. Memiliki hobi membaca dan bercita-cita bisa membangun perpustakaan des

Muhammad A. A Bugis lahir dua puluh satu tahun silam. Rangkaian katanya, renungan untuk mendekatkan diri KepadaNya Berdomisili di Kairo (mesir) demi cita-citanya. Berteguh pada pesan ibunya: ''Tempat kembali Hanya PadaNya, namun sebelum kembali pada-Nya, pesan ibunya agar dia kembali di tanah kelahirannya, Bone-SULSEL."

Gig atau Gie, lahir dan besar di Jambi. Dapat ditemui di akun facebook: Gig email: sugiantojhonson@gmail.com.


Ksatria Arjhun adalah nama pena dari Sarjito SR, lelaki  yang  amat aktif dalam organisasi-organisasi kampus. Mahasiswa UMSU. Lahir menjadi penulis dari  KomPAK