Sebagai awal pembicaraan, marilah kita baca bersama dua contoh cerita dibawah ini:
Cerita 1:
Karla ke rumah Leli. Mereka berdua memang belajar bersama tiap hari.
Karla ke rumah Leli. Mereka berdua memang belajar bersama tiap hari.
Cerita 2:
Karla ke rumah Leli karena ada tugas sekolah yang akan diselesaikannya. Karla mengetahui bahwa Leli adalah anak yang pandai. Belajar dengan sahabatnya itu pastilah akan mempermudah penguasaan materi sekolah.
Karla ke rumah Leli karena ada tugas sekolah yang akan diselesaikannya. Karla mengetahui bahwa Leli adalah anak yang pandai. Belajar dengan sahabatnya itu pastilah akan mempermudah penguasaan materi sekolah.
Dapatkan Anda merasakan perbedaannya? Pada cerita 1, Karmila ke rumah Leli karena rutinitas belajar bersama Leli. Pada cerita 2, Karla ke rumah Leli karena ada tugas sekolah yang akan diselesaikan (jika tak ada tugas, Karla tidak akan ke rumah Leli). Pada cerita 2 unsur sebab akibat terlihat sedangkan cerita 1 tidak nampak (sebetulnya ada, hanya saja masih implisit dan lebih bersifat logis). Pada cerita 2, plot cerita telah nampak. Keduanya sama-sama mengandung urutan kronologis namun cerita dua bersebab-akibat (kausalitas).
Apakah Plot itu?
Beberapa pakar mempunyai definisi yang berbeda. Menurut Forster, plot adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada hubungan kausalitas. Sementara Stanton menyatakan plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat. Kenny sendiri berpendapat, plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.
Meskipun berbeda-beda, dapat kita tarik kesimpulan bahwa para pakar tadi selalu mengisyaratkan adanya kausalitas, alias sebab akibat.
Beberapa pakar mempunyai definisi yang berbeda. Menurut Forster, plot adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada hubungan kausalitas. Sementara Stanton menyatakan plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat. Kenny sendiri berpendapat, plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.
Meskipun berbeda-beda, dapat kita tarik kesimpulan bahwa para pakar tadi selalu mengisyaratkan adanya kausalitas, alias sebab akibat.
Tiga Unsur Penting dalam Plot
Ada tiga unsur penting dalam sebuah plot.
Ada tiga unsur penting dalam sebuah plot.
- Peristiwa
Peristiwa adalah peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Dengan demikian, kita dapat membedakan, mana kalimat yang bercerita tentang karakter dalam novel, kelakuan tokoh, setting tempat atau percakapan batin dengan peralihan peristiwa. Peristiwa dibedakan menjadi tiga bagian:- Peristiwa Fungsional
Peristiwa fungsional adalah peristiwa paling penting pada novel. Peristiwa fungsional mempengaruhi dan menentukan jalan sebuah plot. Peristiwa-peristiwa di dalamnya tidak dapat dihapus begitu saja, sebab jika demikian akan mempengaruhi jalan cerita. Karena penting, maka peristiwa-peristiwa dalam peristiwa fungsional adalah peristiwa utama. - Peristiwa Kaitan
Peristiwa kaitan adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa fungsional yang karena alasan plot maka disajikan dalam urutan tertentu. Meskipun fungsinya adalah mengaitkan peristiwa fungsional, tetapi peristiwa kaitan dapat dihilangkan tanpa mempengaruhi logika cerita.Fungsi dari peristiwa kaitan lainnya adalah menyelingi cerita utama, menyambung logika, memberikan ketelitian pada adegan serta memperkuat adegan, sebab tanpa peristiwa kaitan, maka pembaca akan terus menerus tegang. Penyajian silih berganti antara peristiwa fungsional dan kaitan inilah yang semakin membuat sebuah novel makin menarik. - Peristiwa Acuan
Peristiwa acuan tidak secara langsung berhubungan dengan pengembangan plot dan tidak mempengaruhi plot tetapi mengacu pada unsur-unsur diluar plot.Peristiwa acuan lebih mengarah ke keadaan batin atau suasana alam di sekitar tokoh. Peristiwa acuan dapat digunakan untuk memperluas atau memberikan informasi dengan cara menarik pada pembaca. Sebagai contoh, Pernahkan anda melihat pada adegan-adegan sinetron semacam ini: Seorang ibu yang memegang kaca atau cangkir, tiba-tiba jatuh dan pecah sementara di tempat lain, anaknya sedang kecelakaan. Orang Jawa menyebut hal ini dengan firasat, tetapi orang bule menyebutnya sebagai foreshadowing.Nah, dalam kaitan dengan foreshadowing inilah kerap kali peristiwa acuan bertengger. Ada dua sifat pada sebuah peristiwa pada text naratif, yaitu sifat hubungan logis dan hierarkis logis. Jika penulis novel membuat peristiwa A-B-C dan peristiwa-peristiwa tersebut tak ada sangkut pautnya satu sama lain, maka tak heran jika pembaca mempunyai pertanyaan: Ini novel atau kumpulan cerpen?Peristiwa-peristiwa A-B-C tersebut harus mempunyai hubungan yang logis agar novel enak untuk dibaca. Namun, meskipun peristiwa A-B-C sama-sama peristiwa, tetapi bisa saja mereka mempunyai tingkat kepentingan yang tidak sama. Mungkin peristiwa A adalah tidak terlalu penting jika dibanding peristiwa B, sementara peristiwa C lebih tinggi kepentingannya dari cerita A. Sifat inilah disebut hierarkis logis.Peristiwa penting pada sebuah novel disebut peristiwa utama (major event) sedangkan lawannya adalah peristiwa pelengkap (minor event). Dalam bukunya, Chatman menyebut peristiwa utama sebagai kernel dan peristiwa minor sebagai satelit. Kernel menentukan perkembangan plot. Menghilangkannya hanya akan merusak logika cerita (atau seluruh cerita ditulis ulang). Sebaliknya, peristiwa-peristiwa dalam kategori satelit bisa saja dihilangkan. Tetapi penghilangan peristiwa satelit bisa jadi merusak keindahan cerita karena peristiwa satelit menyediakan informasi dan detil pada kernel.
- Peristiwa Fungsional
- Konflik
Tidak ada konflik berarti tidak ada cerita, tidak ada plot, dan ujung-ujungnya tidak ada novel. Bukankah anda membeli novel karena ingin membaca masalah? Novel tidak mungkin menarik jika dari awal sampai akhir hanya berisi adegan-adegan baik maka seberapa bagus novel adalah tergantung bagaimana menampilkan konflik. Lantas apa sih konflik itu?Konflik adalah sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi dan atau dialami tokoh-tokoh cerita, yang jika tokoh tersebut mempunyai kebebasan memilih ia/mereka tidak akan memilih peristiwa tersebut menimpa dirinya. Konflik dibeda-bedakan menjadi:- Konflik fisik (eksternal)
Konflik fisik terjadi jika tokoh berhadapan dengan sesuatu di luar dirinya. Sesuatu tersebut bisa saja tokoh lain, lingkungan manusia atau lingkungan alam. - Konflik batin (internal)
Konflik batin adalah konflik yang terjadi dalam hati dan pikiran para tokoh. Konflik tersebut terjadi karena tokoh tersebut ada masalah dengan dirinya sendiri. Misal: Tokoh mempunyai dua keinginan, harapan, keyakinan yang berlawanan. Novel-novel yang menonjolkan konflik batin sering mempergunakan sudut pandang “Aku”
- Konflik fisik (eksternal)
- Klimaks
Novel akan mendekati tahap terakhir cerita jika sudah menuju pada klimaks. Klimaks sendiri adalah suatu pertemuan dari lebih dari satu keadaan yang dipertentangkan dan menentukan bagaimana suatu masalah akan diselesaikan. Klimaks adalah bagian akhir dari konflik. Pada bagian ini, tokoh-tokoh akan mendapatkan karma sesuai dengan perbuatannya sepanjang novel. Di bagian inilah timbul istilah keadilan puitis. Keadilan puitis adalah saat dimana baik protagonis dan antagonis mendapatkan imbalannya yang dengan demikian memuaskan pembaca. Namun karena cerita pada sebuah novel sedemikian kompleks, maka ada kalanya tidak semua tokoh mendapatkan pemecahan masalahnya. Bisa juga penulis menyisakan beberapa masalah tanpa penyelesaian.
Sumber: diambil dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar