Kamis, 19 Oktober 2017

Tragedi Kumbang Biru- Cerpen Pilihan Lomba Unit Penalaran STKIP PGRI JOMBANG



Tragedi Kumbang Biru


x +177 hlm; 14 cm x 21 cm
Cetakan Pertama, Agustus 2017


Penulis                                : M. Gigih Pebrianto, dkk
Penyunting                           : Anggi Putri
Desain Sampul                     : STKIP PGRI Jombang
Tata Letak                             : Tim Pustaka Kata



Diterbitkan oleh:

Pustaka Kata
Jl. Rambutan No.19 Mojoagung
Jombang- Jawa Timur


Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang  memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit


ISBN: 978-602-6325-93-8


Isi di luar tanggung jawab percetakan

All right reserved
------------------------------------------------------------------------

....
Cerpen berikutnya yang dianggap sesuai dengan tema adalah Buku Biru. Pergolakan cerpen Buku Biru sama dengan cerpen sebelumnya, yakni disebabkan ketidakmampuan menyikapi hadirnya berbagai aplikasi gadget. Cerpen Buku Biru mengisahkan tokoh yang meratapi kesalahannya akibat kesibukan masa kini. Kengenasan yang sangat ironis. Karena tokoh Ibu dihadapkan pergolakan bathin pada tokoh anaknya yang telah mati. Kengenesan ini muncul tiap kali ia membuka Buku Biru yang berisi catatan harian anaknya yang disuguhkan dalam bentuk potongan teks per-catatan. Berikut slide teks dalam cerpen Buku Biru:

11 Januari 2016.
Aku bingung. Mamaku selalu menangis tiap malam. Aku mendengan Papa berteriak-teriak tengah malam. Aku ingin keluar untuk melihat, tetapi aku takut.

20 Februari 2016.
Papa sudah dua minggu tidak pulang. Aku tidak tau. Tapi kata Mama, Papa sudah tidak lagi tinggal bersama kami. Mama bilang kalau mereka sudah bercerai. Aku ingin bertanya, bercerai itu apa? Kenapa Papa tidak boleh tinggal bersama kami? Tapi aku tidak berani menanyakan. Jadi aku diam saja.

27 Oktober 2017.
Mama orang sibuk. Setelah ditinggal Papa, Mama semakin sibuk aku semakin jarang dengannya. Aku tidak tau Mama pulangnya jam berapa. Pokok aku selalu sudah tidur sebelum Mama pulang…

18  Maret 2017.
Si Puti, kucing kesukaanku mati tenggelam di kolam renang. Aku menelpon Mama di kantor, menyuruhnya pulang. Tapi kata sekretaris Mama sibuk rapat dan tidak bisa diganggu.

17 Mei 2017.
Hari ini aku ulang tahun. Tahun kemarin Mama dan Papa tidak mengucapkan ulang tahun padaku. Aku harap tahun ini Mama mengingatnya. Kata Mama hari ini ia libur. Aku yakin, Mama pasti membuat kado kejuatan buatku. Aku sudah mendaftar kegiatan hari ini. Menonton televise, mengerjakan PR, bermain boneka, tidur siang sama Mama. Pasti akan sangat menyenangkan.

Dari catatan harian itulah seorang ibu tau kalau Dinda anaknya mati tersengat listrik saat menyolok cop kabel televisi. Sang ibu baru sadar kalau kesibukannya telah mencuri tanggungjawab terhadap anaknya. Kengenasan yang lebih tragis sebagai hukuman. Sebab hukuman penjara ada bates waktunya, tetapi dihukum kesalahan hingga merenggut nyawa anak merupakan kematian sebagai terdakwa sepanjang sisah hidupnya.

Selain dua cerpen di atas, tidak semua alur cerita disusun berkaitan dengan gadget. Ada beberapa cerpen yang menitikberatakan klimaks  pada pergolakan fisik. Kritik terhadap ketimpangan sosial. Bukan kritik individu. Namun alur cerita demikian setara realitas yang menimpa hilangnya penyair Widji Thukul, Udin wartawan Bernas, serta Marsinah aktivis buruh. Alur yang sering muncul di sinetron atau media maya. Alur yang datar karena penulisnya memakai bacaan yang sama, yakni sinetron dan internet. Kwalitas cerpen yang standar menjadi bahan banding dalam kajian sastra. Sebab jika kadar imajenial cerita lebih rendah, atau hanya setara dengan berita fakta maka nasib sastra terbukti yang dikatakan Arthur Danto ketika diwawancarai Irene Caesar tentang kondisi seni era modern ini-dalam hal ini seni sastra-dalam hal ini sastra jenis cerpen-‘akan mati’ dan tidak diminati pembaca jika tidak berjarak dengan realitas. Bagi Danto, yang disebut realitas harus tersusun berdasarkan imajinasi yang dekat dengan seni. Lalu muncul pernyataan hidup tanpa seni menjadi barbar. Atau apa yang disetujui Adonis bahwa sastra bukanlah realitas. Sastra adalah gambaran tentang realitas itu sendiri. Yang bisa kita lengkapkan bahwa sastra tidak sekedar gambaran tentang realitas, lebih dari itu sastra adalah gambaran yang membenahi realitas.

Membaca keseluruhan cerita yang terkumpul dalam Antologi Cerpen Tragedi Kumbang Biru ini membuka jendela kajian kita. Bahwa karya para mahasiswa ini bukan sekedar dilombakan dan berujung pada kalah atau menang. Melainkan analisa panjang seberapa cermat generasi Alpha di era millenia ini mampu menyelamatkan penghuni zamannya. Mampu berselancar di arus zaman agar tidak tenggelam. Mampu mengembalikan hilangnya entitas manusia ketika dua atau lebih bertemu tetapi saling tidak tertarik sebagai manusia. Manusia yang duduk bersama tapi masing-masing tertarik dengan benda (hp). Kebersamaan manusia yang seharusnya berkomunikasi langsung dalam realitas, tapi memilih bermain HP yang khayalan. Manusia yang kehilangan citra khususnya sebagai manusia dalam pandangan manusia lain. 
     
 

*) Sabrank Suparno. Menulis esai, puisi, cerpen, cerkak bahasa Jombangan. Peserta Temu Sastra Jawa Timur 2011. Penerima Tali Asih Gubernur dan Dinas Pariwisata Budaya Jawa Timur 2014. Mendapat undangan baca puisi di Taman Ismail Marzuki September 2015. Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jombang (Dekajo) 2017-2021.


-----------------------
Pemesanan via email Pustaka Kata

0 komentar:

Posting Komentar