Minggu, 07 Mei 2017

INSPIRASI KARYA UNTUK KOTA - Sekumpulan Puisi Mahasiswa se-Jawa Timur


Inspirasi Karya untuk Kota

Kumpulan Puisi Mahasiswa Se-Jawa Timur


HIMAPRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
(HMP PBSI)
IKIP PGRI BOJONEGORO

xi +101 hlm; 13 cm x 19 cm
Cetakan Pertama, Mei 2017

Penulis                                : Uswatun Khasanah, Anggi Putri, Lubet Arga Tengah, dkk
Penyunting                           : Anggi Putri
Penyelaras Aksara              : Nasta’in Achmad
Desain Sampul                     : Anggi Putri
Tata Letak                             : Tim Pustaka Kata


Diterbitkan oleh:

Pustaka Kata
Jl. Rambutan No.19 Mojoagung
Jombang- Jawa Timur



Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang  memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit


ISBN: 978-602-6325-60-0


Isi di luar tanggung jawab percetakan
All right reserved
--------------

....
Sementara dari segi isi -disadari-, tema yang diusung panitia akan menjadi landas tumpu proses kreatif peserta lomba. Hanya saja, “kota” tidak saja dipandang sebagai wilayah fisik dengan segala elemen pendukungnya, melainkan “kota”  disikapi sebagai sebuah rongga yang menyimpan pelbagai masalah sosial dan psikis, sehingga memantulkan nada dan suasana tertentu. Misalnya, “Anak Kecil di Perempatan Lampu Merah” (A. Lubaidillah) dan “Pertanyaan Seorang Gelandangan” (Y. Ihza) dua puisi naratif yang memantulkan ironi, kesenduan-kesedihan, dan sedikit satire; serta “Warisan Nenek Moyang” (D.T Lestari) yang bernada optimistik, tetapi tetap dibalut imaji. Nada-nada ironi terasa juga dalam “Sajak Semut” (F. Kenanga), “Kota Para Predator” (I. Choliq), “Hitam Putih Kota” (S. Mukaromah), “Kadet Suwoko” (A.D. Prastiyo), “Anjing Metropolitan” (M.Nadirin), “Mural dan Moral” (B. Firmansyah), “Pancaroba di Bukit Kaldera” (A. Zaini), “Secuwil Ranah Tabah” (W. Wildany), “Harta Terpendam Kota Karam” (A. Sholehuddin), “Doeloe dan Kini” (Titis R. W), “Rerumputan di Tengah Perkotaan” (M. I. Subaktiar), “Sebelum Pukul Tujuh Pagi” (N. Ainy), “Jalan Raya” (A. Warits), dan “Cuaca Bukan Arca” (S. U. Khasanah). Mengapa puisi-puisi yang yang muncul,  relatif cenderung bernada ironi? Apakah ini ciri khas sebuah puisi-untuk mengatakan sesuatu secara tak langsung-? Meski ditemui beberapa puisi yang bersifat sloganistik. Inilah yang mungkin dapat kita perbincangkan.

                Selanjutnya, sebuah perbincangan itu akan sangat melelahkan jika dewan juri diminta untuk menentukan ‘juara lomba’, meski dewan juri telah memiliki alat jaring, yakni (a) kesesuaian isi dengan tema, (b) keaslian, (c) keutuhan, dan (d) kreativitas (cara pengungkapan, pilihan kata, dan penggunaan imaji). Tapi..., itulah kewajiban dewan juri!

                Selamat dan terus berkreasi kepada seluruh peserta lomba! Terima kasih atas partisipasi rekan-rekan sekalian.    


Penasehat Kegiatan
Drs. Syahrul Udin, M.Pd
 ---------------------------------



0 komentar:

Posting Komentar