Inspirasi Karya untuk Kota
Kumpulan Puisi Mahasiswa Se-Jawa Timur
HIMAPRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
(HMP PBSI)
IKIP PGRI BOJONEGORO
xi +101 hlm; 13 cm x 19 cm
Cetakan Pertama, Mei 2017
Penulis : Uswatun
Khasanah, Anggi Putri, Lubet Arga Tengah, dkk
Penyunting :
Anggi Putri
Penyelaras Aksara : Nasta’in Achmad
Desain Sampul :
Anggi Putri
Tata Letak :
Tim Pustaka Kata
Diterbitkan
oleh:
Jl.
Rambutan No.19 Mojoagung
Jombang-
Jawa Timur
Hak
cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
ISBN:
978-602-6325-60-0
Isi
di luar tanggung jawab percetakan
All right reserved
--------------
....
Sementara
dari segi isi -disadari-, tema yang diusung panitia akan menjadi landas tumpu
proses kreatif peserta lomba. Hanya saja, “kota” tidak saja dipandang sebagai
wilayah fisik dengan segala elemen pendukungnya, melainkan “kota” disikapi sebagai sebuah rongga yang menyimpan
pelbagai masalah sosial dan psikis, sehingga memantulkan nada dan suasana
tertentu. Misalnya, “Anak Kecil di Perempatan Lampu Merah” (A. Lubaidillah) dan
“Pertanyaan Seorang Gelandangan” (Y. Ihza) dua puisi naratif yang memantulkan
ironi, kesenduan-kesedihan, dan sedikit satire; serta “Warisan Nenek Moyang”
(D.T Lestari) yang bernada optimistik, tetapi tetap dibalut imaji. Nada-nada
ironi terasa juga dalam “Sajak Semut” (F. Kenanga), “Kota Para Predator” (I.
Choliq), “Hitam Putih Kota” (S. Mukaromah), “Kadet Suwoko” (A.D. Prastiyo),
“Anjing Metropolitan” (M.Nadirin), “Mural dan Moral” (B. Firmansyah),
“Pancaroba di Bukit Kaldera” (A. Zaini), “Secuwil Ranah Tabah” (W. Wildany),
“Harta Terpendam Kota Karam” (A. Sholehuddin), “Doeloe dan Kini” (Titis R. W),
“Rerumputan di Tengah Perkotaan” (M. I. Subaktiar), “Sebelum Pukul Tujuh Pagi”
(N. Ainy), “Jalan Raya” (A. Warits), dan “Cuaca Bukan Arca” (S. U. Khasanah).
Mengapa puisi-puisi yang yang muncul,
relatif cenderung bernada ironi? Apakah ini ciri khas sebuah puisi-untuk
mengatakan sesuatu secara tak langsung-? Meski ditemui beberapa puisi yang
bersifat sloganistik. Inilah yang mungkin dapat kita perbincangkan.
Selanjutnya,
sebuah perbincangan itu akan sangat melelahkan jika dewan juri diminta untuk
menentukan ‘juara lomba’, meski dewan juri telah memiliki alat jaring, yakni
(a) kesesuaian isi dengan tema, (b) keaslian, (c) keutuhan, dan (d) kreativitas
(cara pengungkapan, pilihan kata, dan penggunaan imaji). Tapi..., itulah
kewajiban dewan juri!
Selamat
dan terus berkreasi kepada seluruh peserta lomba! Terima kasih atas partisipasi
rekan-rekan sekalian.
Penasehat
Kegiatan
Drs. Syahrul
Udin, M.Pd
---------------------------------
0 komentar:
Posting Komentar